Total Tayangan Halaman

Senin, 30 April 2012

Manusia Dan Penderitaan

Pengertian Penderitaan

Penderitaan berasal dari kata derita.Kata derita berasal dari bahasa sansekerta dhra artinya menahan atau menanggung. Derita artinya  menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan. Penderitaan dapat berupa penderitaan lahir atau batin atau lahir dan batin. Penderitaan termasuk realitas manusia dan dunia. Intensitas penderitaan bertingkat-tingkat, ada yang berat, ada yang ringan. Namun peranan individu juga menentukan berat-tidaknya intensitas penderitaan. Suatu pristiwa  yang dianggap penderitaan oleh seseorang belum tentu merupakan penderitaan bagi orang lain. Dapat pula suatu penderitaan merupakan energi untuk bangkit kembali bagi seseorang, atau sebagai langkah awal untuk mencpai kenikmatan dan kebahagiaan.

Penderitaan termasuk realitas dunia dan manusia. Intensitas penderitaan bertingkat-tingkat, ada yang berat ada juga yang ringan. Namun peranan individu Juga menentukan berat tidaknya intensitas penderitaan. Suatu peristiwa yang dianggap penderitaan oleh seseorang belurn tentu merupakan penderitaan bagi orang lain. Dapat pula suatu penderitaan merupakan energi untuk bangkit bagi seseorang, atau sebagai langkah awal untuk mencapai kenikmatan dan kebahagiaan.
Penderitaan akan dialami oleh semua orang, hal itu sudah merupakan “risiko” hidup. Tuhan memberikan kesenangan atau kebahagiaan kepada umatnya, tetapi juga memberikan penderitaan atau kesedihan yang kadang-kadang bermakna agar manusia sadar untuk tidak memalingkan dariNya. Untuk itu pada urnumnya manusia telah diberikan tanda atau wangsit sebelumnya, hanya saja mampukah manusia menangkap atau tanggap terhadap peringatan yang diberikanNya? . Tanda atau wangsit demikian dapat berupa mimpi sebagai pemunculan rasa tidak sadar dari manusia waktu tidur, atau mengetahui melalui membaca koran tentang teIjadinya penderitaan. Kepada manusia sebagai homo religius Tuhan telah memberikannya
banyak kelebihan dibandingkan dengan mahluk ciptaannya yang lain. tetapi mampukah manusia mengendalikan diri untuk melupakannya ? Bagi manusia yang tebal imannya musibah yang dialaminya akan cepat dapat menyadarkan dirinya untuk bertobat kepadaNya dan bersikap pasrah akan nasib yang ditentukan Tuhan atas dirinya. Kepasrahan karena yakin bahwa kekuasaan Tuhan memang jauh lebih besar dari dirinya, akan membuat manusia merasakan dirinya kecil dan menerima takdir. Dalam kepasrahan demikianlah akan diperolch suatu kedamaian dalam hatinya, sehingga secara berangsur akan berkurang penderitaan yang dialaminya, untuk akhimya masih dapat bersyukur bahwa Tuhan tidak memberikan cobaan yang lebih berat dari yang dialaminya.
Berbagai kasus penderitaan terdapat dalam kehidupan. Banyaknya macam kasus penderitaan sesuai dengan liku-liku kehidupan manusia. Bagaimana manusia menghadapi penderitaan dalam hidupnya ? Penderitaan fisik yang dialami manusia tentulah diatasi secara medis untuk mengurangi atau menyembuhkannya. Sedangkan penderitaan psikis, penyembuhannya terletak pada kemampuan si penderita dalam menyelesaikan soal-soal psikis yang dihadapinya. Para ahli lebih banyak membantu saja. Sekali lagi semuanya itu merupakan “resiko” karena seseorang mau’hidup, Sehingga enak atau tidak enak, bahagia atau sengsara merupakan dua sisi atau masalah yang wajib diatasi.

Pengertian Siksaan

Siksaan atau penyiksaan (Bahasa Inggris: torture) digunakan untuk merujuk pada penciptaan rasa sakit untuk menghancurkan kekerasan hati korban. Segala tindakan yang menyebabkan penderitaan, baik secara fisik maupun psikologis, yang dengan sengaja dilakukkan terhadap seseorang dengan tujuan intimidasi,balas dendam, hukuman, sadisme, pemaksaan informasi, atau mendapatkan pengakuan palsu untuk propaganda atau tujuan politik dapat disebut sebagai penyiksaan. Siksaan dapat digunakan sebagai suatu cara interogasi untuk mendapatkan pengakuan. Siksaan juga dapat digunakan sebagai metode pemaksaan atau sebagai alat untuk mengendalikan kelompok yang dianggap sebagai ancaman bagi suatu pemerintah. Sepanjang sejarah, siksaan telah juga digunakan sebagai cara untuk memaksakan pindah agama atau cuci otak politik.
Penyiksaan hampir secara universal telah dianggap sebagai pelanggaran berat hak asasi manusia, seperti dinyatakan Deklarasi Hak Asasi Manusia. Para penandatangan Konvensi Jenewa Ketiga dan Konvensi Jenewa Keempat telah menyetujui untuk tidak melakukan penyiksaan terhadap orang yang dilindungi (penduduk sipil musuh atau tawanan perang) dalam suatu konflik bersenjata. Penanda tangan UN Convention Against Torture juga telah menyetujui untuk tidak secara sengaja memberikan rasa sakit atau penderitaan pada siapapun, untuk mendapatkan informasi atau pengakuan, menghukum, atau memaksakan sesuatu dari mereka atau orang ketiga. Walaupun demikian, organisasi-organisasi seperti Amnesty International memperkirakan bahwa dua dari tiga negara tidak konsisten mematuhi perjanjian-perjanjian tersebut.

Siksaan Psikis

Siksaan psikis, adalah jenis siksaan yang berakibat terhadap mental/kejiwaan seseorang. Hal ini bisa saja dialami oleh siapapun dan dimanapun dia berada. Siksaan psikis bisa juga terjadi pada anak-anak yang disebabkan oleh tekanan orang tua ataupun karena tekanan dari teman-temannya, sehingga menyebabkan anak tersebut menjadi pendiam dan menutup diri, serta tidak peduli terhadap lingkungan sekitarnya.
Hal yang sama pun dapat terjadi pada orang dewasa, dengan penyebab yang kompleks, mulai dari masalah keluarga, ekonomi, tekanan pekerjaan, dan lain-lain. Hal ini menyebabkan banyak orang dewasa yang stress, hilang kendali, tidak peduli akan keluarga dan lingkungan, bahkan gila ataupun bunuh diri.
Tidak hanya menyangkut usia, siksaan psikis juga bisa terjadi bagi siapapun, tidak peduli dia orang miskin atau kaya, rakyat biasa ataupun pejabat tinggi. Orang miskin mungkin terserang siksaan psikis karena kondisi ekonomi yang tidak memadai, ditengah kebutuhan yang meningkat pesat disetiap harinya. Lain halnya dengan orang kaya, walaupun hartanya banyak, mereka tidak lepas dari siksaan psikis, misalnya selalu berpikir negative bahwa hartanya akan diambil oleh orang lain.
Rakyat biasa bisa terkena siksaan psiki, namun para pejabat lebih rentan lagi untuk mengalami siksaan psikis, arena yang menjadi masalah pejabat, bukan hanya masalah dirinya sendiri, tapi juga masalah masyarakat luas. Disamping itu, siksaan psikis ini bisa dialami dimana saja mulai dari balik jeruji penjara, atau bahkan ditengah keluarga.

Kekalutan Mental

Secara sederhana, kekalutan mental bisa diartikan sebagai gangguan bathin ataupun stress. Orang yang mengalami kekalutan mental tidak lah gila, karena dia masih dapat menerima. Gejala permulaan bagi seseorang yang mengalami kekalutan mental adalah :
1. nampak pada jasmani yang sering merasakan pusing, sesak napas, demam, nyeri pada lambung
2. nampak pada kejiwaannya dengan rasa cemas, ketakutan, patah hati, apatis, cemburu, mudah marah



Proses- proses kekalutan mental yang dialami oleh seseorang mendorong ke arah :

Ø Positif : trauma (luka jiwa) yang dialami dijawab secara baik sebagai usaha agar tetap survive dalam hidup.
Ø Negatif : trauma yang dialami terus berkesinambungan dan dapat menyebabkan yang bersangkutan mengalami frustasi (tekanan batin akibat tidak tercapainya apa yang diinginkan).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar